Sekilas Perjalanan Saya Dan Tuneeca
Tuneeca adalah
brand produk fesyen muslim yang mempunyai segmen pasar kelas menengah, wanita
berumur 20-40tahun. Semenjak saya mulai berkarier sebagai asisten desainer di
perusahaan fesyen di Tangerang. Selama saya berkarier di sana, banyak sekali
hal-hal baru yang saya pelajari di sana. Bagaimana mendesain yang diturunkan ke
produk contoh, bagaimana mendaurulang
produk yang cacat sehingga mampu diterima oleh pasar kembali.
Tidak bertahan lama di sana, saya pindah ke tempat kerja
yang saya idam-idamkan untuk bekerja, yaitu salah satu perusahaan fesyen muslim
terkemuka di Jakarta. Harapan saya, saya
bisa berkarya untuk menciptakan desain-desain idealis saya untuk dibuat menjadi
suatu produk. Harapan itu ternyata tidak seperti yang saya perkirakan, kebanyakan
desain-desain yang saya ciptakan konsepnya, tidak disetujui, dan perusahaan
meminta desain tidak jauh-jauh dari pakem mereka. Karena merasa ide-ide saya
tidak berkembang, akhirnya setelah satu tahun saya mengundurkan diri dari
perusahaan tersebut.
Setelah saya mengundurkan diri, saya diajak untuk bergabung
menjadi reporter fesyen di perusahaan
majalah muslim di Jakarta. Selama bekerja di sana, saya merasa bebas berkarya,
banyak ide-ide saya yang terpakai di sana, saya merasa budaya perusahaan ini
adalah ‘saya’. Namun bekerja di sini hanya sebagai stylish fashion dan membuat
artikel tentang fesyen, selang 1,5 tahun saya bekerja di sana saya merasakan
kejenuhan dan ingin kembali membuat desain. Dan, akhirnya saya mengundurkan
diri pada tahun 2007, genap 1,5 tahun saya bekerja di redaksi majalah tersebut.
Tak lama setelah saya mengundurkan diri dari perusahaan itu,
saya dengan dua teman kuliah saya
mendirikan usaha. Usaha tersebut bergerak dibidang konsultan desain, yang
menawarkan perusahaan-perusahaan garmen untuk dibuatkan desain dan contoh untuk produk-produk barunya. Karena menurut
saya pekerjaan ini terlalu ribet dan kompleks sehingga memakan waktu yang
sangat panjang, sehingga usaha ini tidak berjalan lama, enam bulan kami tutup.
Pada Januari 2008,
saya bersama adik dan teman-temannya di Bandung mendirikan usaha baru. Awalnya,
usaha ini bergerak di bidang ekspor, dengan penjualan sistem online di salah
satu market place terbesar di dunia. Tim yang merintis usaha ini berjumlah
tiga orang, sudah termasuk saya.
Masing-masing orang mempunyai peran sendiri, saya sebagai desainer dan
penanggung jawab produksi. Orang yang kedua, yaitu adik saya, mengelola usaha,
dan sebagai tenaga penjual. Dan orang yang ketiga, yaitu teman adik,
bertanggung jawab di sistem IT.
Karena dengan model bisnis yang pertama itu gagal, maka di
Maret 2008, saya dan tim mengubah strategi, saya memproduksi sedikit kuantitas,
lima model yang permodelnya 35pcs,
kemudian kami coba tes pasar dengan memasukkan ke beberapa toko. Harga banderol
baju-baju tersebut rata-rata berkisar di Rp 110.000. Di saat itulah, muncul nama Tuneeca sebagai merknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar